prusyaria.wordpress.com

Wednesday, July 17, 2013

What's Your Talent, Who's Your Mentor?


Dalam diri tiap orang, Tuhan banyak memberikan bakat dan talenta. Tetapi dalam perjalanan waktu, bakat dan talenta ini ada yang menjelma menjadi keberhasilan, seperti bunga yang berhasil mekar. Atau ada juga yang, karena x factor (lingkungan, sosial, pendidikan, etc), bakat ini menjadi terpendam dan tidak termanfaatkan dengan baik.

Tetapi untuk setiap diri orang yang berbakat ini juga, Tuhan menciptakan pembimbingnya, mentornya. Orang yang memiliki jiwa untuk merubah menjadi lebih baik, memberikan pencerahan, inspirasi, motivasi, semangat, arahan, clue, meski tanpa ia harus disebut sebagai guru, suhu, master ataupun motivator. Ia terkadang menjelma sebagai sosok teman, sahabat, kekasih, suami / istri. Ia yang termotivasi untuk mengembangkan orang disekelilingnya tanpa harus harus dengan embel2 sebutan, apalagi bayaran, tanpa merasa perlu untuk dihormati, hanya cukup dihargai. Terkadang kita tidak pernah sadari ia ada, padahal ia dekat dengan kita.


Mengapa kita tidak pernah menyadarinya?
Banyak hal mengapa kita tidak pernah sadari, ketika ada orang yang begitu tulus untuk membuat perubahan pada diri kita karena ia melihat bakat yang begitu besar tertidur terlelap pada diri kita, Ia yang begitu termotivasi untuk menjadi pemantik, membuat percikan, agar banyak luar biasa tercipta dengan melepas belenggu yang ada.

Dalam banyak hal, itu karena ego.
Ego karena kita merasa lebih pintar, ego tidak mau merasa digurui, lebih berpengalaman, ataupun lebih senior.

Dalam banyak hal juga ini terjadi karena kekekeuhan kita  untuk menyatakan bahwa pendapat kita adalah benar, paling benar, karena guru kita mengajar demikian, tanpa sempat (pernah) menguji pendapat / masukan yang diterima.



Intrinsik barrier ini disadari oleh mentor Anda. Dan percayalah, ia akan bersabar untuk membuat berbagai cara untuk memecahkan intrinsik barrier ini.

Ketika ucapannya tidak dipercaya oleh intrinsik barrier tadi, maka ia akan menciptakan dan mengkondisikan lingkungan agar tercipta perubahan dan perkembangan untukmu.

Mindset Barrier
Berdasarkan pengalaman umum, banyak bakat2 yang ada pada diri setiap orang ditundukan oleh pola pikir dan pola sikap yang salah. "Saya tidak bisa" "Saya tidak suka" atau "Saya tidak mampu" "Saya tidak mau" adalah pasangan pola pikir dan pola sikap salah yang banyak terjadi.

Asumsi2 "gagal", "ditolak", "belum waktunya" menyebabkan banyak orang kehilangan begitu banyak momentum untuk mencapai keberhasilan.

Harus disadari bahwa cara berpikir berdasarkan asumsi harus dirubah menjadi cara berpikir berdasarkan logika. Cara berpikir berdasarkan asumsi hanya cocok untuk diterapkan pada mimpi dan penetapan tujuan dan visi2 jangka panjang. Tidak untuk menilai keadaan yang sedang terjadi dan selangkah kedepan.

Bermimpilah bahwa ia akan menerima pinanganmu (tujuan, mimpi) dan berlogikalah dengan membawakan sekuntum mawar merah dan segenggam berlian (good presentation, logic).

Redefining Education
Tidak dapat dipungkiri bahwa pola pikir seperti ini banyak terjadi di negeri ini. Pengalaman dari interview 1000 orang dengan tingkat pendidikan SMA, Diploma, S1, di Jakarta Bekasi Tangerang Bandung Cirebon Garut, menunjukan bahwa lebih dari 70% angkatan kerja baru pada level masih memiliki Intrinsik Barrier.

Sudah saatnya perubahan ini dimulai sejak dini dibangku sekolah. Sudah saatnya kita memulai pendidikan dengan memperlihatkan hasil akhir yang hendak dicapai, membangkitkan motivasi dan sikap kritis untuk belajar dan berkarya dan membentuk sikap mental yang benar. Sudah saatnya setiap kelas dimulai dengan Achievement Motivation Training, dan bukan class meeting setengah hari :)

Salam..

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for Blogger, Wordpress ...

What's Your Talent, Who's Your Mentor?


Dalam diri tiap orang, Tuhan banyak memberikan bakat dan talenta. Tetapi dalam perjalanan waktu, bakat dan talenta ini ada yang menjelma menjadi keberhasilan, seperti bunga yang berhasil mekar. Atau ada juga yang, karena x factor (lingkungan, sosial, pendidikan, etc), bakat ini menjadi terpendam dan tidak termanfaatkan dengan baik.

Tetapi untuk setiap diri orang yang berbakat ini juga, Tuhan menciptakan pembimbingnya, mentornya. Orang yang memiliki jiwa untuk merubah menjadi lebih baik, memberikan pencerahan, inspirasi, motivasi, semangat, arahan, clue, meski tanpa ia harus disebut sebagai guru, suhu, master ataupun motivator. Ia terkadang menjelma sebagai sosok teman, sahabat, kekasih, suami / istri. Ia yang termotivasi untuk mengembangkan orang disekelilingnya tanpa harus harus dengan embel2 sebutan, apalagi bayaran, tanpa merasa perlu untuk dihormati, hanya cukup dihargai. Terkadang kita tidak pernah sadari ia ada, padahal ia dekat dengan kita.


Mengapa kita tidak pernah menyadarinya?
Banyak hal mengapa kita tidak pernah sadari, ketika ada orang yang begitu tulus untuk membuat perubahan pada diri kita karena ia melihat bakat yang begitu besar tertidur terlelap pada diri kita, Ia yang begitu termotivasi untuk menjadi pemantik, membuat percikan, agar banyak luar biasa tercipta dengan melepas belenggu yang ada.

Dalam banyak hal, itu karena ego.
Ego karena kita merasa lebih pintar, ego tidak mau merasa digurui, lebih berpengalaman, ataupun lebih senior.

Dalam banyak hal juga ini terjadi karena kekekeuhan kita  untuk menyatakan bahwa pendapat kita adalah benar, paling benar, karena guru kita mengajar demikian, tanpa sempat (pernah) menguji pendapat / masukan yang diterima.



Intrinsik barrier ini disadari oleh mentor Anda. Dan percayalah, ia akan bersabar untuk membuat berbagai cara untuk memecahkan intrinsik barrier ini.

Ketika ucapannya tidak dipercaya oleh intrinsik barrier tadi, maka ia akan menciptakan dan mengkondisikan lingkungan agar tercipta perubahan dan perkembangan untukmu.

Mindset Barrier
Berdasarkan pengalaman umum, banyak bakat2 yang ada pada diri setiap orang ditundukan oleh pola pikir dan pola sikap yang salah. "Saya tidak bisa" "Saya tidak suka" atau "Saya tidak mampu" "Saya tidak mau" adalah pasangan pola pikir dan pola sikap salah yang banyak terjadi.

Asumsi2 "gagal", "ditolak", "belum waktunya" menyebabkan banyak orang kehilangan begitu banyak momentum untuk mencapai keberhasilan.

Harus disadari bahwa cara berpikir berdasarkan asumsi harus dirubah menjadi cara berpikir berdasarkan logika. Cara berpikir berdasarkan asumsi hanya cocok untuk diterapkan pada mimpi dan penetapan tujuan dan visi2 jangka panjang. Tidak untuk menilai keadaan yang sedang terjadi dan selangkah kedepan.

Bermimpilah bahwa ia akan menerima pinanganmu (tujuan, mimpi) dan berlogikalah dengan membawakan sekuntum mawar merah dan segenggam berlian (good presentation, logic).

Redefining Education
Tidak dapat dipungkiri bahwa pola pikir seperti ini banyak terjadi di negeri ini. Pengalaman dari interview 1000 orang dengan tingkat pendidikan SMA, Diploma, S1, di Jakarta Bekasi Tangerang Bandung Cirebon Garut, menunjukan bahwa lebih dari 70% angkatan kerja baru pada level masih memiliki Intrinsik Barrier.

Sudah saatnya perubahan ini dimulai sejak dini dibangku sekolah. Sudah saatnya kita memulai pendidikan dengan memperlihatkan hasil akhir yang hendak dicapai, membangkitkan motivasi dan sikap kritis untuk belajar dan berkarya dan membentuk sikap mental yang benar. Sudah saatnya setiap kelas dimulai dengan Achievement Motivation Training, dan bukan class meeting setengah hari :)

Salam..