prusyaria.wordpress.com

Friday, May 15, 2015

Merger Bank BUMN, Perlukah?


Pada suatu kesempatan, ketika menjenguk salah satu direksi di RS, saya berkesempatan berdiskusi dengan salah satu executive (Asst. Vice President) salah satu bank BUMN.  Ada pertanyaan yang menarik yang menjadi bahasan saat itu yaitu pandangan tentang penggabungan bank2 BUMN.

Oke, ini menarik. Banyak orang bilang dengan penggabungan Bank2 BUMN  akan meningkatkan kapasitas permodalan yang ada. Saya sangat setuju dengan hal ini. Tapi sayangnya di Indonesia, langkah untuk melakukan hal strategis seperti ini lebih banyak karena kepentingan terselubung daripada ketulusan untuk memajukan perusahaan. Ok jika alasan ini dapat diabaikan, tapi ada fakta lain yang harus dilihat. Ok alasan ini terlalu subjektif, tapi mari kita lihat, saat ini jika permodalan yang menjadi kendala, pemerintah RI dapat memberikan penyertaan modal untuk BUMN jika memang diperlukan. Saya setuju untuk menggabungkan bank swasta kecil agar lebih tercapai skala ekonomi, tapi tidak untuk Bank BUMN yang telah mencapai skalabilitasnya.


Bank di luar negeri memang tidak banyak, tapi juga perlu dicatat mereka melayani pasar yang juga tidak banyak. Bank BUMN di Indonesia memang besar dan memiliki jaringan yang luas, dan itu bertujuan untuk melayani pasar yang begitu besarnya.

Bank2 besar BUMN secara umum beroperasi dengan kekuatan dan segmentasi tersendiri, yang saat ini, setelah krisis dan mengalami proses merger, telah mengerucut menjadi bank2 besar: BRI, BNI, Mandiri, dan BTN. Bank2 ini memiliki segmentasi pasar sendiri walaupun overlapping itu tetap ada. BRI yang fokus kepada UKM hingga ke pelosok desa, BTN yang memang fokus pada pembiayaan perumahan, Mandiri yang melayani masyarakat secara umum, dan BNI yang memiliki jaringan luas di luar negeri.

 “Kalau digabung, masih dimungkinkan untuk dibuat divisi sendiri menangani segment tertentu”.
Benar, tapi belum tentu efektif. Secara organisasi, visi besar akan ditentukan oleh perusahaan termasuk didalamnya fungsi, peran & kontribusi tiap divisi. Hal ini yang menyebabkan merger bank besar - tanpa didasari kebutuhan yang rasional – menjadi tidak efektif dan kontraproduktif.

Adalah penting untuk membuat tiap2 bank BUMN yang ada saat ini untuk tetap fokus pada kekuatan INTRINSIK yang mereka miliki. Dengan kekuatan intrinsiknya itulah setiap bank dapat melakukan segmentasi & fungsi yang efektif. Perusahaan yang telah melakukan hal ini salah satunya adalah China Construction Bank & Agricultural Bank of China. Keduanya bahkan masuk kedalam 20 perusahaan terbesar dunia versi Global 2000 yang dikeluarkan oleh Forbes.


Penggabungan Bank BUMN yang memiliki segmentasi berbeda hanya akan membawa peluang bagi bank asing di era MEA 2015 ini untuk mengisi segmen pasar tersebut.

Asep Awaludin
aawaludin@gmail.com

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for Blogger, Wordpress ...

Merger Bank BUMN, Perlukah?


Pada suatu kesempatan, ketika menjenguk salah satu direksi di RS, saya berkesempatan berdiskusi dengan salah satu executive (Asst. Vice President) salah satu bank BUMN.  Ada pertanyaan yang menarik yang menjadi bahasan saat itu yaitu pandangan tentang penggabungan bank2 BUMN.

Oke, ini menarik. Banyak orang bilang dengan penggabungan Bank2 BUMN  akan meningkatkan kapasitas permodalan yang ada. Saya sangat setuju dengan hal ini. Tapi sayangnya di Indonesia, langkah untuk melakukan hal strategis seperti ini lebih banyak karena kepentingan terselubung daripada ketulusan untuk memajukan perusahaan. Ok jika alasan ini dapat diabaikan, tapi ada fakta lain yang harus dilihat. Ok alasan ini terlalu subjektif, tapi mari kita lihat, saat ini jika permodalan yang menjadi kendala, pemerintah RI dapat memberikan penyertaan modal untuk BUMN jika memang diperlukan. Saya setuju untuk menggabungkan bank swasta kecil agar lebih tercapai skala ekonomi, tapi tidak untuk Bank BUMN yang telah mencapai skalabilitasnya.


Bank di luar negeri memang tidak banyak, tapi juga perlu dicatat mereka melayani pasar yang juga tidak banyak. Bank BUMN di Indonesia memang besar dan memiliki jaringan yang luas, dan itu bertujuan untuk melayani pasar yang begitu besarnya.

Bank2 besar BUMN secara umum beroperasi dengan kekuatan dan segmentasi tersendiri, yang saat ini, setelah krisis dan mengalami proses merger, telah mengerucut menjadi bank2 besar: BRI, BNI, Mandiri, dan BTN. Bank2 ini memiliki segmentasi pasar sendiri walaupun overlapping itu tetap ada. BRI yang fokus kepada UKM hingga ke pelosok desa, BTN yang memang fokus pada pembiayaan perumahan, Mandiri yang melayani masyarakat secara umum, dan BNI yang memiliki jaringan luas di luar negeri.

 “Kalau digabung, masih dimungkinkan untuk dibuat divisi sendiri menangani segment tertentu”.
Benar, tapi belum tentu efektif. Secara organisasi, visi besar akan ditentukan oleh perusahaan termasuk didalamnya fungsi, peran & kontribusi tiap divisi. Hal ini yang menyebabkan merger bank besar - tanpa didasari kebutuhan yang rasional – menjadi tidak efektif dan kontraproduktif.

Adalah penting untuk membuat tiap2 bank BUMN yang ada saat ini untuk tetap fokus pada kekuatan INTRINSIK yang mereka miliki. Dengan kekuatan intrinsiknya itulah setiap bank dapat melakukan segmentasi & fungsi yang efektif. Perusahaan yang telah melakukan hal ini salah satunya adalah China Construction Bank & Agricultural Bank of China. Keduanya bahkan masuk kedalam 20 perusahaan terbesar dunia versi Global 2000 yang dikeluarkan oleh Forbes.


Penggabungan Bank BUMN yang memiliki segmentasi berbeda hanya akan membawa peluang bagi bank asing di era MEA 2015 ini untuk mengisi segmen pasar tersebut.

Asep Awaludin
aawaludin@gmail.com